Thursday, January 7, 2010

My create

Cinta Terlarang I

“Aduh…Perih banget perutku..” Elliana merintih kesakitan.
“Magh kamu kambuh ya Ell?” Tanya Selvy temannya.
“Kayanya iya nih. Diperjalanan tadi aku ngga ada makan, Cuma minum doang.”
“Dah tau magh, pake ngirit segala.”
“Ya kupikir perjalanan kita bentar aja, makanya aku males beli makanan di warung tadi, taunya memakan waktu 11 jam.”
“Bawa obat ngga?”
“Aku lupa.”
“Bagus dah kalo gitu. Ell..Ell..Sekarang ini kita sedang di tengah hutan, ngerepotin banget sih kamu?”
“Maaf Sel.”
Tiba-tiba sosok seorang cowok menghampirinya. Cowok itu tersenyum manis menatap Elliana dan Selvi. “Duh..Ngeributin apa sih kalian ini?” Tanya Fajar.
“Ini si Ell, dah tau punya penyakit magh, eh tadi siang dia ngga makan, parah nya lagi obatnya ngga dibawa.” Kesal Selvi. Elliana Cuma bisa manyun.
“Ntar aku ambilin obatku. Tapi makan dulu gih kalian, sudah siap tuh makanan.!”
“Horeee..!!!” Teriak Elliana.
“Childis banget sech lo.” Selvi makin kesal. Elliana Cuma tersenyum.

Malam begitu ramai di tengah hutan belantara, karena sedang ada ekspedisi pendakian gunung, Elliana menjadi salah satu pesertanya dari seratus lebih peserta dari berbagai pelosok di provinsi ini. Yah ekspidisi yang diselenggerakan seprovinsi dilaksanakan setiap tahun. Ajang perkenalan di gelar malam itu. Peserta yang berjenis kelamin perempuan bisa dihitung dengan jari tangan, yah kayanya tidak sampai sepuluh orang. Elliana yang paling menonjol di sana. Karena di antara cewek-cewek pendaki hanya dia yang terlihat anak mami banget.
“Kamu gila ya Ell? Kita ini mau ekspedisi, bukan tamasya, masa kamu pake bawa-bawa boneka segala? Malu-maluin banget, kalau tau gini harusnya barang bawaan kamu aku cek dulu tadi. Bawa obat lupa, bawa boneka inget.” Selvi marah-marah lagi.
“Ya..Aku ngga bisa tidur kalau ngga ada bonekaku ini Sel, kan kamu dah tau.” Jawab Elliana memelas.
“Aku ngga mau yah kalau peserta lain melihat boneka kamu ini. Aduh…!!!”
“Ribut apa lagi sih kalian ini? Malu kedengaran peserta lain.” Fajar datang lagi.
“Biasa nih Ell bikin ulah lagi. Coba kamu lihat barang-barang bawaannya!”
“Boneka, sepatu High Heels, Blush-On, Mascara, de-el-el…Kamu ini mau ikut ekspedisi apa mau fashion show sih???” Fajar ikut-ikutan kesal.
“Hehehehe…Santai aja kenapa sih..kan katanya di atas pemandangannya bagus, so aku pengen foto-foto, neh kameranya dah aku siapin kok, hehehehe..” Jawab Elliana santai sambil cengar-cengir.
“Kalau ketahuan Kak Abbi ntar kamu dimarahin lho Ell. Kaya ngga pernah dikasih tau aja barang-barang apa yang harus dibawa.”
“Kalau sampai bocor ke Kak Abbi, berarti kalian tertuduhnya, huh..”Kesal Elliana kemudian beranjak pergi.
Elliana melangkah mendekati tenda peserta lain yang sedang rame ngumpul di depan api unggun. “Ikut gabung dong, kok kayanya rame banget?”
“Wuih..Mimpi apa kita? Seorang Elliana menghampiri kita.” Komentar salah seorang dari kumpulan di depan tenda itu.
“Yah..Ngga segitunya kale mas…Ngga boleh ya aku gabung?” Tanya Ell.
“Ups…Seuneng buanget…” Jawab semua cowok yang ada disitu.
Sementara itu Selvi dan Fajar memantau Elliana dari tenda mereka, mereka takut juga terjadi sesuatu ama temannya itu. Kak Abbi datang menghampiri mereka.
“Ell mana?” Tanya Kak Abbi.
“Tuh di sana, ngumpul ama peserta lain.” Jawab Selvi berbarengan dengan Fajar sembari mengarahkan pandangan ke kerumunan yang didatangi Elliana.
“Mau bikin ulah apa lagi tuh anak?” Kesal Kak Abbi.
Abbi masih ingat waktu ada pelatihan yang diadakan pihak sekolah, Elliana merajuk gara-gara dimakanannya ditaruh cacing, kemudian dia pergi meninggalkan pelatihan yang ada di hutan. Diperjalanan dia bertemu segerombolan orang yang ngga jelas, Elliana diusili, hampir diperkosa, dia dibekap. Untungnya waktu itu Abbi cepat menyusulnya. Elliana menangis terisak-isak. Cerita itu hanya mereka berdua yang tau karena Elliana tidak mau ada yang tau. Abbi sangat menghawatirkan Elliana sejak saat itu. Bahkan selama ini tanpa Abbi sadari dia selalu memberikan perhatiannya untuk Elliana.
Abbi menghmpiri Elliana di antara kerumunan itu. “Ell, Kamu dipanggil Selvi tuh!” Abbi beralasan.
“Ada apa?” Tanya Ell cuek dan memandang kearah Selvi yang masih memperhatikannya dari tadi.
“Ngga tau, minta temenin kali.”
Ell pun beranjak menuju tendanya menghampiri Selvi. “Ada apa Sel, katanya kamu manggil aku?”
“kata siapa?” Selvy bingung.
“Kata Kak Abbi.” Jawab Ell sambil menatap wajah Abbi.
Abbi memberi kode pada Selvi supaya Selvi mengangguk. Selvi mengikuti kode Abbi. “Iya..ehm..kita tidur yuk! Besok perjalanan kita panjang, lebih baik kita istirahat, lagian kamu kan lagi sakit.” Jawab Selvi.
“sakit?” Abbi terkejut. “Sakit apa?”
“Maghnya kambuh Kak.” Jawab Selvi.
Elliana langsung masuk tenda, tidak ingin dibahas sakitnya. Elliana marah dengan Selvi. Dia tau Selvi naksir berat dengan Kak Abbi, tapi selama ini Kak Abbi lebih memperhatikan Elliana, makanya Selvi rada sentiment dengan Elliana. Tapi itu bukan ingin Elliana bila Abbi lebih memperhatikannya, karena Elliana sendiri sudah punya pacar, yang kebetulan tidak satu sekolah dengannya.

Pagi itu berkabut, Elliana dan timnya siap untuk turun gunung menuju pulang, setelah kemarin mereka berhasil sampai puncak. Wajah Elliana pucat. Dia menahan sakit. Dia terlalu lelah. Tapi dia percaya dia sanggup.
“Ell, wajah kamu kok pucat?” Tanya Fajar.
“Ya iyalah, ngga pake make up.” Jawab Selvi sinis. Sementara Elliana hanya tersenyum mendengar jawaban Selvi itu. Abbi hanya diam tapi tetap memperhatikan gerak-gerik Elliana.
Perjalanan pun dimulai, sepanjang jalan Elliana terus melamun. Walau pun wajahnya pucat, tapi langkahnya begitu cepat, tidak seperti orang yang sedang sakit. Dia mendahuului Selvi dan Fajar yang mulai kelelahan, matanya menatap ke depan saja.
“Ell, istirahat dulu, cepet banget sih jalannya?” Tegur Fajar. Elliana terus berlalu, jalannya semakin cepat. “Elliana kenapa? Kaya orang kesambet aja.” Fajar bingung.
“Hush…Pamali! Di hutan gini jangan ngomong sembarangan.” Marah Abbi. Abbi langsung berlari mengejar Elliana. Abbi terengah-engah karena harus berlari dengan membawa ransel besar. “Cepat banget neh anak.” Gumam Abbi. “Ell tunggu!!!” Teriak Abbi sembari masih terus berlari. Akhirnya Abbi tepat di belakang Elliana. Abbi menarik tangan Elliana. Elliana menoleh dengan pandangan kosong. “Ell, kamu baik-baik aja kan?” Abbi khawatir. Elliana hanya diam. Abbi memegang wajah Ell dan menampar-namparnya pelan. “Ell...Ell..Ell…sadar!!!” Berulang-ulang Abbi memanggil Ell. Tiba-tiba angin semilir berhembus. Suasana jadi aneh. Ell ambruk dipelukan Abbi. Abbi kaget. Dilihatnya sekelilingnya, begitu sepi. “Aneh..kenapa tidak ada yang lewat?” Diperhatikannya lagi sekelilingnya “Astaga…Kami tersesat. Tempo hari kami tidak melewati jalan ini. Bagaimana ini? Duh…Ell pakai pingsan lagi.” Abbi menaruh botol minyak kayu putih didekat hidung Ell. Ell mulai berekasi..Ell siuman. “Ell, kamu baik-baik aja kan?” Tanya Abbi.
“Aku kenapa?” Ell bingung.
“Kamu ngga ingat apa-apa Ell? Tadi aku ngejar kamu sampe akhirnya kamu pingsan.” Jelas Abbi.
“Pingsan?” Ell bingung. Abbi mengangguk. “Kita di mana Kak? Kok sepi banget.”
“Kita sepertinya tersesat.”
“Tersesat? Aduh Kak..egh…hiks..hiks..hiks..” Ell menangis.
“Hey, jangan nangis ah, ntar pasti temen-temen cari kita kok.” Abbi menenangkan Ell. Di usap nya air mata Ell. Kemudin Ell memeluk Abbi erat. Abbi membathin,”Tahukah kamu Ell? Betapa ingin aku milikimu. Mungkin kamu lupa, delapan tahun lalu, ketika aku masih berada di jalanan beserta ibuku mencari ayahku, aku melewati sekolah taman kanak-kanak, di situ ada kamu. Saat itu aku merintih kelaparan beserta ibuku. Kamu memberikan bekalmu untukku, bahkan kamu memberikan uang jajanmu. Sungguh mulia hatimu Ell. Supirmu pun sangat memuji kamu Ell. Bahkan ibuku waktu itu berucap. Kalau suatu saat aku dipertemukan lagi denganmu, maka aku harus membalas budi baikmu. Kalau aku dewasa nanti, carilah istri sepertimu. Itulah pesan ibuku. Sekarang Ibuku telah tiada Ell, aku sudah menemukan ayahku. Kehidupanku memang lebih baik. Tapi tanpa ibu di sisiku, rasanya hampa duniaku.” Abbi meneteskan air mata.
“Kak Abbi kok nangis? Kak Abbi apa ada yang mau dikatakan?”
“Aku Cuma teringat ibuku. Tapi ya sudahlah. Mending kamu istirahat sekarang. Harinya sudah gelap.

Fajar dan Selvi kebingungan, karena saat mereka sampai di bawah, mereka tidak menemukan Abbi dan Elliana. Mereka menunggu jam demi jam, sampai akhirnya hari menjelang malam. Fajar pun melaporkan ke panitia kalau dia kehilangan Abbi dan Selvi.
Seluruh peserta langsung berkumpul. Tim SAR pun dikerahkan. Semua langsung bergerak masuk ke dalam hutan. Berteriak-teriak memanggil Abbi dan Elliana. Warga desa pun ikut membantu.
“Abbi..Elliana..!!!” Teriak semuanya berulang-ulang, sembari diiringi pukulan-pukulan bambu dari warga desa setempat.
Tiba-tiba terdengar suara rintihan minta tolong, di antara hutan bambu. “Tolong…Tolong…Tolong…”Suara itu menggema di seluruh hutan. Seluruh tim mengejar suara itu. Tapi para warga langsung menghalangi.
“Jangan..jangan…jangan dikejar suara itu!!!” Ucap salah seorang pemuka adat.
“Kenapa Bah?” Tanya semua serentak.
“Itu suara penunggu hutan bambu ini, kalian jangan terpengaruh!” Jawab pemuka adat tersebut. Semua terkejut.
Semalaman penuh mereka mencari, tapi tak membuah kan hasil. Semua sudah mulai lelah, karena siang tadi mereka baru tiba setelah pendakian panjang. Semua tim kembali ke bawah, menuju camp. Mereka akan melanjutkan pencarian besok siang. Wajah-wajah lelah dan kekecewaan yang terpancar.
“Gimana Jar?” Tanya Selvi pada Fajar.
“Nihil. Menurut pemuka adat, mereka sudah masuk alam sebelah, jadi akan sulit menemukan mereka dengan kasat mata.”
“Maksud kamu …?” Selvi terperangah

Elliana dan Abbi hanya bisa berdoa. Abbi tidak bisa berbuat banyak, karena dia tahu mereka sudah masuk alam ghaib. Elliana dan Abbi pun tertidur.
Matahari pagi mulai bersinar, menyilaukan wajah Abbi. Sementara Elliana masih terbaring di sampingnya. Wajah Elliana pucat. Saat Abbi membuka mata, tiba-tiba sesosok laki-laki berambut gondrong ada di hadapannya, lengkap dengan peralatan mendaki. Abbi terperanjat. Sosok itu tersenyum dan memberi tanda supaya Abbi mengikutinya. Dilihatnya Elliana masih tertidur. Diletakannya Elliana di atas punggungnya. Abbi mulai berjalan sembari menggendong Elliana dan mengikuti langkah sosok itu.

Seluruh tim mulai berkumpul lagi, untuk memulai pencarian. Mereka membagi tugas, dan semua perlengkapan sudah disiapkan, karena kemungkinan mereka akan mendaki sampai puncak lagi.
“Kak Abbi…!!!” Teriak Selvi melihat Abbi tergopoh-gopoh memanggul Elliana. Sontak semua berlari mendekati Abbi dan memeluknya. Elliana langsung di bawa oleh tim kesehatan. “Alhamdulillah..” Selvi berteriak. Abbi hanya bisa diam sembari menatap sosok yang mulai bertolak meninggalkannya. Pemuka adat mulai mendekati sosok tersebut. Yang lainnya tidak melihat sosok tersebut.
“Terimakasih Beno anakku. Abah tau, kamu pasti akan datang membantu mereka.” Ucap pemuka adat itu pada sosok tersebut. Sosok itu tersenyum dan kemudian hilang bersama angin yang bertiup kencang.
Abbi mendekati pemuka adat tersebut. “Siapa dia Bah? Darimana dia? Syukurlah ada Dia.” Abbi penasaran. Yang lain bingung mendengar pertanyaan Abbi.
“Dia anak Abbah. Dia jatuh kejurang limabelas tahun yang lalu. Jasadnya dikuburkan di tengah hutan oleh teman-temannya yang berhasil mengambil jasadnya. Karena tidak memungkinkan untuk membawa jasadnya, terpaksa mereka menguburkannya di sana. Tadi malam Abah memanggilnya, meminta bantuan dia. Alhamdulillah, kalian ditemukan.”
“Sampaikan terimakasih Saya pada mas Beno Abah. Saya juga berterima kasih pada Abah. Yang Saya khawatirkan adalah kondisi Elliana. Saya tidak tau apa yang akan terjadi kalau kami belum juga menemukan jalan pulang.”

Elliana tersadar, tapi ternyata dia sudah berada di rumah sakit di antara keluarganya dan kekasihnya Elmo.
“Ell di mana Mah?”
“Kamu di Rumah Sakit sayang. Kamu istirahat ya!”
“Ell kenapa Mah? Ehm.. Ell ingat, Ell tersesat. Trus, bagaimana dengan kak Abbi Mah? Dia yang nolongin Ell.”
“Abbi? Sejak kamu masuk Rumah Sakit ini, kayanya ngga ada temen kamu yang namanya Abbi besuk ke sini.”
“Mamah jangan bercanda ah. Abbi yang nolongin Ell.”
“Yah, Mamah ingat. Kemarin Fajar ada cerita. Katanya Abbi baik-baik aja.”

Sejak saat itu Ell tidak boleh lagi mengikuti kegiatan ekspedisi. Dan sejak saat itu Ell tidak pernah bertemu lagi dengan Abbi. Abbi pindah sekolah mengikuti ayahnya yang pindah tugas. Ponselnya pun tak bisa dihubungi. Ell hanya bisa menangis..
“Surat dari kak Abbi Ell.” Fajar menyerahkan sepucuk surat. Ell membuka surat itu.

Untuk Elliana bidadariku

Maafkan aku harus pergi
Aku harus mengikuti ayahku yang pindah tugas ke Medan.
Tau kah Engkau bidadariku?
Aku sangat menyayangimu,
Ingin rasanya aku memilikimu,
Tapi aku tau, kamu terlarang bagiku.
Kan ku simpan rasa ini untukmu,
Aku ngga akan melupakan kamu bidadariku.
Hanya ini yang bisa ku sampaikan.
Jagalah dirimu baik-baik!

Yang kn slalu merindukanmu,
Abbi Prayitno

Elliana menangis dan membathin, “Pernahkah kamu bertanya, bagaimana perasaanku terhadap kakak? Aku juga merasakan hal yang sama. Tapi semua terlambat, aku tidak tahu harus bagaimana menyampaikan rasa ini. Selamat tinggal arjunaku, aku harap suatu saat akan bertemu kamu lagi.”

*************

Jangan Sampai ngga baca CINTA TERLARANG II nya yah..coz di situ lah endingnya..
Mau coment? Silahkan!!! Asty tunggu lho…atau ada ide buat ending na? sad ending or happy ending? Mau mu?